KURSI RODA IMPIAN
Hampir setiap hari aku merasakan
panasnya kota Jogja yang
menusuk pori-pori kulitku yang hitam. Bahkan aku sudah terbiasa dengan bau polusi
kendaraan yang berterbangan dan menar-nari di udara, lantas memasuki lubang
hidungku yang sedikit mancung ini. Saat ini langit mulai senja, lelah rasanya
setelah seharian bekerja memarkirkan setiap kendaraan yang berhenti di tempat
wisata yang merupakan salah satu 7 keajaiban dunia ini. Yups, apalagi kalau bukan candi Borobudur.
Biasanya disaat tubuh ini mulai
lemas, seringku rebahkan sejenak letihku di pinggir
jalan tempat orang biasa menjajakan minuman segar. Untuk makannya, aku sering
membeli gudeg nenek Rokimah yang biasa lewat ditempat ku beristirahat. Tak semewah gudeg ala restoran memang, tapi aku merupakan
pelanggan setianya, harganya yang sangat
terjangkau, serta rasanya yang tak kalah dengan gudeg di rumah makan membuat
perutku tetap menjatuhkan pilihan untuk mengisi kekosongannya dengan gudeg asli
jogja khas nek Rokimah. Saking seringnya, nenek Rokimah sudah
hafal dengan menu kesukaanku, yaitu gudeg dengan
setengah bahan yang setengah porsi tapi dengan bumbu yang lebih banyak. Wah, rasanya sudah tak sabar jika hanya terus membiarkan gambaran makanan
kesukaanku itu berterbangan di atas kepala, untuk mengisi waktu kosongku sambil
menunggu nek Rokimah, aku fikir, segelas sirup merupakan pilihan yang tepat
agar dahaga ini lepas.
Saat aku sedang
asyik menikmati minuman berwarna orange dengan es yang cukup banyak itu,
tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara nek Rokimah.